”Lho, kamu masih di sini, Vid?” aku melihat David yang sedang ikut makan pagi barang Jo dan Kei.
”Kak David kan kha....” kata-kata Kei terpotong karena kakinya ditendang sama David
”Ehm,,,tadi malam sudah kemalaman jadi Kei nyuruh aku,,,nginap disini. Ya, kan Kei?” Kata David seraya melirik ke Kei dengan penuh arti.
”Ehm,,,” Kei terlihat binggung dan melirik David dan Jo menggangguk. ”Iya,,abis kan kasian kalo kak David pulang malem-malem, jadi Kei suruh nginap aja.”
”Oh, gitu. Btw Jo kamu bawa mobil aja ya, kakak enggak bisa ngantar nih. Bisa kan?”
”Kakak turunnya gimana?” tanya Jo
”Kayanya hari ini kakak enggak ke kampus dulu, kan nggak mungkin kakak ke kampus dengan keadaan seperti ini.”
”Jadi kakak di rumah aja nich?” tanya Kei.
”Kayanya gitu dech, kakak masih mau istirahat nich, ga enak banget badan kakak serasa abis di gebukin orang sekampung.”
”Ih, kakak lebay banget sich.” kata Kei. ”Kalo gitu kak David bisa tetap disini donk nemenim kak Nat?”
”Ehm,,,” David menoleh ke arah Kei.
”Nggak perlu koq, kakak nggak apa-apa, lagian kakak nggak bakal kemana-mana juga. Kan, kasian juga Davidnya, pasti semalaman dia kurang istirahat di sini.”
”Ehm,,, nggak apa-apa koq, kalo kamu butuh teman aku bisa tetap di sini.”
”Jangan Vid, lebih baik kamu istirahat aja di rumahmu, aku baik-baik aja koq.”
”Key, tapi kalo kamu mau pergi, kamu bisa hubungin aku. Aku stand by ngantarin kamu selama masih dibutuhin.” David tersenyum
Wow, manis juga nich senyumnya sich David.
”Ya, udah, aku mau balik ke kamar dulu dech mau istirahat dulu.”
”Kakak nggak sarapan dulu?” tanya Kei.
”Nggak entar aja. Jo, hati-hati ya bawa mobilnya.”
”Tenang aja kak.”
* * *
”Hallo,,”
”Hallo, Tan.” Balas suara dari seberang telepon.
”Ada apa Mas prad?”
”Bisa kita ketemu sekarang?”
”Maaf mas, sekarang saya nggak bisa.”
”Apa kamu sudah ada janji sama orang lain?”
”Nggak ada.”
”Trus, kenapa? Aku bener-bener mau ketemu sama kamu, ada hal penting yang mau aku bicarakan.”
”Ada apa mas?”
”aku nggak bisa bicara di telepon, aku butuh bicara sama kamu”
”tapi,,,,”
”sibuk ya?”
”bukan gitu mas,,,,tapi,,,,,”
”ya,,,udah dech kalo kamu nggak bisa, mungkin lain kali” Nada suara mas Prad terdengar begitu kecewa.
”Nggak koq aku bisa, mas Prad kasih tau aja di mana tempatnya.”
”Okey, sebentar aku sms tempatnya. Makasih atas waktunya. Bye.”
”Bye,,”
Aku segera meletakkan hp ku dan mulai berdandan,,,ya walaupun seala kadarnya sich karena luka ku belum kering banget.
Duch,,masa sich aku harus ketemu dengan mas Prad dengan keadaan ku yang seperti ini. Apa pendapat mas Prad ya?
Selesai berdandan aku segera keluar dari kamarku dan aku melihat Jo dan Kei sedang bermain PS di ruang tamu.
Tumben nggak ada David, biasanya David jam segini sudah ikut nongkrong di depan tv bareng dua orang ini. Lagi sibuk kali ya atau kecapean karena kurang tidur kemaren malam? Ah,,,ngapain juga dipikirin, bukan siapa-siapa aku juga.
”Kakak , mau pergi dulu ya.”
”Mau kemana kak?”Tanya Kei seraya menoleh kearahku dan memperhatikanku dari atas kebawah.
”Mau ketempat temen.”
”Tapi, kakak kan masih sakit gitu, koq pake high-heals sich?”
”Nggak apa-apa koq, udah lumayan baikkan lagian kakak udah janji sama dia.”
”Memangnya ada acara apa kak?”
”Ehm,,,ada party gitu dech.”
”Jo,,antar ya kak." Jo menawarkan diri.
”Nggak perlu dech, kakak udah manggil taksi koq.”
”hati-hati ya kak.”
”Tenang aja, udah ya kakak pergi dulu, ntar telat.”
Aku segera keluar dari rumah dan tentunya jalanku masih sedikit tertatih-tatih terutama dengan highheals yang ku gunakan. Untungnya taksi yang ku panggil nggak lama datangnya. Kalo nggak mungkin kaki ku bisa tambah bengkak berdiri kelamaan.
Taksi yang kunaiki berhenti di depan hotel yang ku tuju. Aku segera turun dan memasuki hotel tersebut dan menuju ke kamar dimana mas Prad telah menungguku. Ya, walaupun hampir semua orang yang ku lewati melihat aku dan kemudian berbisik-bisik. Kalo di pikir-pikir nggak ada yang salah koq dengan penampilanku, aku berpakaian cukup rapi dengan dress selutut dan sepatu high heals. Tapi kayanya yang mereka perhatikan mungkin bekas memar di pipiku dan kakiku yang sedikit di perban kali ya. Tapi kan biasa aja, apa peduli mereka juga. Perasaan kemaren waktu kejadian itu terjadi tidak seperti ini dech pandangan orang-orang kepadaku. Atau kemaren juga seperti ini ya?? tapi aku aja yang nggak perhatiin, entahlah peduli apa dengan mereka. Aku pun terus berjalan menuju kamar dimana mas Prad menungguku.
Aku segera mengetuk sebuah pintu kamar. Dan Mas Prad yang berada di balik pintu tersenyum, pintu itu segera terbuka dengan mas Prad berdiri di balik pintu tersebut.
”Malam, mas.”
Mas Prad hanya diam dan memandangiku.
”Mas Prad, saya nggak dipersilahkan masuk nich?” tanyaku
”Masuk, Tan.”
”Mas Prad kenapa sich ngeliatin saya seperti itu?” tanyaku seraya berjalan masuk ke kamar tersebut dan aku berusaha supaya jalanku benar dan tidak terlihat pincang tentunya.
Tapi tiba-tiba saja keseimbanganku mulai hilang, karena kakiku nggak sanggup menopang berat badanku. Dan aku mulai terjatuh, tapi sebelum aku benar-benar jatuh mas Prad menahan badanku agar tidak jatuh dan memapahku ke tempat tidur.
”Makasih,,,”kataku setelah aku diantar ke tepi tempat tidur.
Mas Prad melepas high-heals ku dan memeriksa kakiku yang diperban.
”Kaki mu kenapa?”
”Nggak apa-apa koq cuma sedikit terkilir aja kemaren.”
Mas Prad pun mulai melihat ke lututku dan menatap wajahku. duch, mas Prad pasti memerhatikan memar di wajahku. Gimana nich? Pasti aku terlihat jelek banget. Jangan merhatiin aku kaya gitu donk, nggak enak banget nich rasanya diliatin seperti itu.
Mas Prad berdiri dan menyentuh wajahku serta memperhatikan pipi sebelah kiriku.
”lutut dan memar ini?” mas prad menyentuh pipiku.
”Iya,,,kan waktu kaki aku terkilir aku jadinya jatuh dan gini dech akibatnya.”
”Tapi masa jatuh sampai mukamu juga kena?”
”Ehm,,,,”
Duch mas Prad koq jadi banyak nanya gini sich, aku mesti jawab apa donk?’
”Iya,,,,,O ya, mas Prad manggil aku ke sini ada apa? Apa ada yang penting?”
”Kamu sudah pergi ke dokter, meriksain luka kamu?”
”Nggak perlu mas, Cuma kaya gini aja sich nggak apa-apa. Nggak perlu sampai ke dokter segala. Beberapa hari juga sudah sembuh.”
”Gimana kalau kaki kamu uratnya ada yang terjepit atau sebagainya?”
”Mas. kayanya nggak sampai segitunya dech, kan Cuma sedikit terkilir aja, beberapa hari juga sembuh.”
”Di tambah lagi kamu pake high heals gini, kalau kamu pake kaya gini kaki kamu bisa tambah bengkak.”
Mas Prad berjalan mengambil sendal hotel yang ada di sebelah pintu dan meletakkannya di sebelah kakiku.
”Kamu pakai ini aja dulu, jangan pake high heals dulu.”
Mas prad membantu memasangkan sendal itu di kakiku.
”Nggak apa-apa mas aku bisa kok makenya sendiri.”
Aku mengenakan sendal hotel yang di berikan mas Prad.
”Ayo,,,,” Kata mas Prad menggambil tasku dan sendalku.
”Lho mau kemana ?”
”Kerumah sakit.”
”Ngapain?”
”Meriksain kaki kamu.”
”Nggak perlu mas,,Cuma luka kecil gini koq,”.
Mas Prad menghampiriku dan memberikan tas serta sendalku kepadaku dan mas Prad menggendongku.
”Mas turunin donk, aku bisa jalan sendiri koq,”
”Jadi sudah mau nich kedokternya.”
”Iya, daripada aku digendong kaya gini, lebih baik aku jalan sendiri.”
”Kenapa?? nggak suka ya aku gendong kaya gini.”
”Bukan gitu mas, nggak enak aja kali kalau diliat orang, apalagi kalau ada istri mas.”
”O,,,gitu. ya,,sudah jadi sekarang mau pergi kedokter.”
”Iya, boleh juga dech, tapi kurasa masih nggak perlu koq.”
”Sudah dech, sekali-kali kamu dengerin pendapat orang nggak bisa ya.”
”Bukan gitu sich, tapi terserah mas aja lah.”
Mas Prad membantu aku berjalan dengan memapahku, walaupun itu nggak perlu sich karena aku kan masih bisa jalan sendiri, tapi mas Prad ngotot banget katanya daripada aku jatuh lagi.
”O,,,ya mas Prad tadi bilang ada yang mau dibicarain. Mau bicara apa mas?” Tanyaku ketika mobil mas Prad sudah berada di jalan raya. Ekspresi mas Prad sedikit berubah menjadi muram. apa ada sesuatu ya?
”Nggak penting banget koq, nanti aja kita bicarain setelah pulang dari dokter.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar